Selasa, 30 Agustus 2011

PENDEKATAN PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF SUATU TINJAUAN KRITIS IV (Andi Agustang)

D.  Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitaif.

Perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitaif telah banyak dikemukan oleh para ahli. Guba dan Lincoln (1981; 62-82) menyajikan uraian yang cukup panjang dan mempertentangkan perbedaan paradigma kedua penelitian ini. Untuk penelitian kuantitatif digunakan istilah scientific paradigm (paradigma ilmiah), sedangkan penelitian kualitatif dinamakan naturalistic inquiry atau inkuiri alamiah. Berikut ini dijelaskan beberapa perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif :

1.    Teknik yang digunakan
       Pada dasarnya, baik teknik kuantitatif  maupun teknik kualitatif dapat digunakan bersama-sama. Namun, penekanannya diletakkan pada teknik tertentu. Paradigma ilmiah memberi tekanan pada teknik kuantitatif, sedangkan paradigma alamiah memberi tekanan pada penggunaan teknik kualitatif.   

2.    Kriteria Kualitas
        Dalam menentukan penelitian yang “baik”, paradigma ilmiah sangat percaya pada kriteria Rigor, yaitu kesahihan eksternal dan internal, keandalan, dan obyektivitas. Pada dasarnya, menurut Guba dan Lincoln (1981:66), penekanan pada kriteria tersebut terang membawa eksperimen pada penyusunan desain yang bagus, tetapi sering sempit cakupannya. Hal ini bersumber pada kenyataan bahwa kebanyakan eksperimen memasukkan situasi yang kurang dikenal, buatan, dan masa hidupnya singkat, dan hal itu membuat latar-tak-biasa sukar digeneralisasikan pada latar lainnya.
         Sebaliknya, paradigma alamiah menggunakan kriteria relevansi. Relevansi di sini adalah signifikansi dari pribadi terhadap lingkungan kenyataannya. Usaha menemukan kepastian dan keaslian merupakan hal yang penting dalam penelitian alamiah.

3.  Sumber Teori     
        Sebagian besar pengetahuan tentang perilaku sosial diarahkan pada verifikasi hipotesis yang diturunkan dari teori apriori. Kebanyakan teori yang disusun pada hakikatnya adalah deduktif dan logis dalam pengetahuan perilaku sosial. Proses penyusunan teori berputar-putar pada proses deduksi yang bisa diverifikasikan dari dunia nyata atas dasar asumsi apriori.
      Cara lainnya yang lebih bermanfaat adalah menemukan teori dengan cara menariknya sejak awal dari alam, yaitu dari data yang berasal dari dunia nyata. Metode yang digunakan adalah metode menemukan dengan menganalisis data yang diperoleh secara sistematis. Penyusunan teorinya dimulai dari dasar. Teori demikian akan cocok dengan situasi empiris dan penting untuk meramalkan, menerangkan, menafsirkan, dan mengaplikasikan. Jadi, teori ini memenuhi dua kriteria, yaitu meramalkan, menerangkan, dan menafsirkan.

4.  Pertanyaan tentang Kuasalitas       
       Penelitian biasanya dihadapkan pada penentuan hubungan sebab akibat jawaban terhadap pertanyaan hubungan sebab akibat penting untuk keperluan meramalkan, kontrol di satu pihak, dan verstehen (pengertian interpretatif mengenai manusia) di lain pihak. Kedua paradigma ilmiah maupun alamiah menggunakan pertanyaan-pertanyaan tersebut, namun dengan cara yang berbeda.

5.    Tipe Pengetahuan yang digunakan 
      Ada dua macam atau tipe pengetahuan yaitu 
 ·         Pengetahuan proposisional dan
 ·         Pengetahuan yang diketahui bersama yang diketahui dan disepakati juga oleh subjek.
    Kedua tipe pengetahuan tesebut dapat dijelaskan perbedaannya. Pengetahuan proporsional adalah pengetahuan yang dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa. Pengetahuan yang diketahui bersama (tacit knowledge) ialah instuisi, pemahaman, atau perasaan yang tidak dapat dinyatakan dengan kata-kata yang dalam hal-hal tertentu diketahui oleh subjek.
    Paradigma ilmiah membatasi diri pada pengetahuan demikian merupakan esensi metode untuk menyatakan proporsi secara eksplisit dalam bentuk hipotesis yang diuji untuk menentukan validitasnya. Teori-teori terdiri atas pengumpulan hipotesis semacam itu.
        Sebaiknya, paradigma alamiah mengizinkan dan mendorong pengetahuan yang diketahui bersama guna dimunculkan untuk keperluan membantu pembentukan teori dari dasar maupun untuk memperbaiki komunikasi kembali kepada sumber informasi dengan cara peristilahan mereka.

6.  Pendirian       
    Paradigma ilmiah berpendirian reduksionis. Dalam hal ini mereka menyempitkan penelitian pada fokus yang relatif kecil dengan jalan membebankan kendala-kendala baik pada kondisi anteseden pada inkuiri (untuk keperluan mengontrol) maupun pada keluaran-keluaran.
    Sedangkan pencari tahu alamiah mempunyai pendirian ekspansionis. Mereka mencari perspektif yang akan mengarahkan pada deskripsi dan pengertian fenomena sebagai keseluruhan atau akhirnya dengan jalan menemukan sesuatu yang mencerminkan kerumitan gejala-gejala itu. Mereka memasuki lapangan, membangun dan melihat pembawaannya yang tanpa dari arah manapun titik masuknya. Setiap langkah inkuiri didasarkan atas sejumlah pengetahuan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Jadi pencari tahu ilmiah mengambil sikap sruktur, terarah, dan tunggal, sedangkan pencari tahu alamiah berpendirian terbuka, menjajagi, dan kompleks.

7.  Maksud       
   Paradigma ilmiah mempunyai maksud dalam usahanya menemukan pengetahuan melalui verifikasi hipotesis yang dispesifikasikan secara apriori.  Pencari tahu alamiah, dipihak lain meninikberatkan upayanya pada usaha menemukan unsur-unsur atau pengetahuan yang belum ada dalam teori yang berlaku.

8. Instrumen   
    Untuk mengumpulkan data, paradigma ilmiah memanfaatkan tes tertulis (tes-pinsil-kertas) atau kuesioner atau menggunakan alat fisik lainnya seperti poligraf, dan sebagainya. Pencari tahu alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpulan data. Hal itu mungkin disebabkan oleh sukarnya mengkhususkan secara tepat pada apa yang akan diteliti. Di samping itu, orang sebagai instrumen memiliki senjata “dapat-memutuskan”, yang secara luwes dapat digunakannya. Ia senantiasa dapat menilai keadaan dan dapat mengambil keputusan.

9. Waktu untuk Mengumpulkan Data dan Aturan Analisis     
      Pencari tahu ilmiah dapat menetapkan semua aturan pengumpulan dan analisis data sebelumnya. Mereka sudah mengetahui hipotesis yang akan diuji dan dapat mengembangkan instrumen yang cocok dengan variabel. Instrumen ditetapkan sebelumnya tentang ukuran terhadap ciri yang diketahui sehingga memungkinkan waktu melakukan analisis.
   Paradigma alamiah sebaliknya, tidak diperkenalkan memformulasikan secara apriori. Datanya dikumpulkan serta dikategorisasikan  dalam bentuk kasar dan diunitkan oleh peneliti/analis. Di samping itu, pencari tahu alamiah kurang dibimbing oleh aturan dibandingkan dengan paradigma ilmiah. Tentu saja langkah-langkah tertentu perlu diambil untuk memastikan adanya aturan yang tidak ambigius (meragukan) serta ditetapkan secara sistematis dan seragam. Teknik demikian bermanfaat dalam hal dapat membangun atas dasar pengetahuan yang muncul.
     Bagi paradigma alamiah, desain dapat disusun sebelumnya secara tidak lengkap. Apabila sudah mulai digunakan, maka desain itu  mulai dilengkapi dan disempurnakan. Desain itu dapat senantiasa diubah dan disesuaikan dengan apa yang diperoleh dan  dengan pengetahuan baru yang ditemukan.

10.  Latar                 
           Pencari tahu ilmiah bersandar pada latar laboratorium untuk keperluan mengadakan kontrol, mengelola intervensi, dan sebagainya. Sebaliknya, pencari tahu alamiah cenderung mengadakan penelitian dalam latar alamiah. Setiap gagasan ilmiah itu dapat dilihat sebagai sisa dari suatu paradigma, perangkat atau asumsi yang eksplisit dan implisit, yang memberikan gaya dan arah.

10.  Perlakuan  
    Bagi paradigma ilmiah, konsep perlakuan sangat penting. Pada setiap eksperimen, perlakuan itu harus stabil dan tidak bervariasi. Jika tidak demikian, maka sukar menentukan pengaruh yang berkaitan dengan suatu penyebab tertentu.
    Untuk paradigma alamiah, konsep perlakuan tersebut asing karena perlakuan menyertakan beberapa cara manipulasi atau intervensi. Jika pun hal itu terjadi dengan mempertimbangkan terjadinya gejala secara alamiah, maka “perlakuan” itu merupakan penyebab yang dikehendaki untuk beberapa pengaruh yang diamati. Tentu saja mereka tidak mengharapkan adanya stabilitas karena perubahan secara berkesinambungan sebenarnya adalah esensi dari situasi nyata. Barangkali bermanfaat bagi peneliti alamiah untuk menstabilkan sebanyak mungkin situasi ketika inkuiri sedang terjadi. Jadi, bagi peneliti alamiah diperlukan lebih banyak keluwesan.
     Pendekatan eksperimental dalam metode ilmiah merupakan suatu kegiatan  para ilmuwan yang memberi gagasan-gagasan kepada para pekerjanya dalam upaya pengembangan pemahaman lebih mendalam. Kegiatan ini tidak hanya mengacu pada teknik tertentu dalam pengumpulan data dan analisis seperti eksperimen, tetapi lebih luas pada aktifitas ilmuwan menuju kepada ide-idenya  dengan menggunakan pengumpulan data yang dianggap tepat.

11.  Satuan Kajian         
     Satuan kajian bagi paradigma ilmiah adalah variabel dan semua hubungan yang dinyatakan di antara variabel. Sebaliknya, peradigma alamiah berpendirian agar satuan kajian lebih sederhana. Selain itu, mereka lebih menekankan kemurnian sistem pola yang diamati secara alamiah.

12.   Unsur-unsur Kontekstual
    Peneliti alamiah senantiasa berusaha mengontrol seluruh unsur yang mengganggu yang dapat mengaburkan unsur-unsur itu dari fenomena yang menjadi pusat perhatian atau yang mengacu pada pengaruh terhadap fenomena itu.
    Peneliti alamiah bukan hanya tidak tertarik pada kontrol, melainkan malah mengundang adanya ikut campur sehingga mereka secara lebih baik dapat mengerti peristiwa dan dalam dunia nyata dan merasakan pola-pola yang ada di dalamnya. Konsep “mengandung-ikut-campur”, merupakan hal yang sangat penting bagi peneliti alamiah. Biasanya mereka tidak ingin mengetahui bagaimana suatu keutuhan yang telah bekerja secara sangat baik dalam seluruh dunia kemungkinan, tetapi dalam keadaan yang paling jelek sekalipun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.